Minggu, 24 Januari 2010
Obyek Wisata Nusa Tenggara Barat
Kota Mataram
AMPENAN : terletak di ujung Barat dari Kota Mataram, dikenal sebagai kota tua pelabuhan Ampenan. Keturunan dari orang orang Cina clan Arab tinggal disini di Ruko-Ruko di sepanjang jalan yang berliku-liku. Kegiatan perdagangan disini telah berlangsung sejak dulu dan tidak berhenti sampai sekarang, gudang-gudang di sepanjang pantai merupakan gedung warisan dengan reliefnya yang abadi. Saat ini Ampenan telah memiliki lapangan dan taman yang digunakan oleh penduduk sekitarnya untuk menyaksikan sunset. Dermaga tua itu merupakan tempat membangun rumah bagi nelayan-nelayan. Tempat itu juga menyediakan restoran, kios dan toko seni.
MUSEUM NTB : Museum yang mengambil bentuk bangunan khas Sasak ini berlokasi di jalan Panji Tilar Ampenan. Museum ini banyak mengkoleksi artefak-artefak bersejarah termasuk 1239 manuscript (tulisan kuno) yang memuat sejarah kuno dari peradaban daerah ini yang ditulis dengan menggunakan bahasa asli/kuno dan di tulis di dalam dawn lontar, kulit kayo dan bilah bambu.
PURA MERU : Pura Meru yang terletak di Cakranegara dibangun pada tahun 1720 di bawah pemerintahan Raja Anak Agung Gede Karang Asem. Tempat ini dimaksudkan sebagai tempat persembahyangan / peribadatan umat Hindu, dengan mencontoh bentuk pura-pura di Bali.
TAMAN MAYURA : Taman ini telah dibangun pada tahun 1744 oleh Raja Lombok Anak Agung Ngurah Karang Asem. Dengan Bagian tengah taman ini adalah sebuah kolam yang menyenangkan yang di bagian tengahnya terdapat sebuah Bale Kembang, nama sebuah bangunan berbentuk aula yang mengambang di atas kolam. Bangunan ini dulunya dipakai untuk memutuskan perkara hukum atau rapat-rapat penting. Pengaruh dari budaya Hindu dan Islam bisa terlihat dari arsitektur dan pemilihan patung-patung yang terdapat ditaman tersebut.
SEKARBELA : Mutiara dari Lombok banyak dijumpai disini, kerajinan mutiara merupakan salah satu aset terbesar di Mataram. Beberapa orang ternama ikut terlibat dalam bisnis penjualan barang-barang cantik ini. Anda akan melihat banyak sekali desain yang berbeda dalam dekorasi perhiasan yang menggunakan mutiara ini antara lain giwang, cincin, kalung, anting, bros dan manik-manik (tasbih). Untuk mempermanis penampilan mutiara-mutiara ini seluruh mutiara dipasangkan dengan emas dan perak.
SAYANG SAYANG : Didaerah ini terdapat 2 pusat kerajinan dan terdapat begitu banyak toko-toko kerajinan yang dekat dengan pusat kota dan dengan menawarkan banyak pilihan serta harga yang bagus.
Lombok Barat
BANGKO-BANGKO : Berlokasi di ujung barat daya pulau Lombok. Bangko-bangko merupakan tuan rumah dari hutan alami yang mempesona dan merupakan rumah bagi sebagian besar flora dan fauna Lombok dan di tepian hutan terhampar pantai dengan pasir putih dan termasyur di tingkat internasional sebagai lokasi selancar yang bagus.
GILI NANGGU, GENTING, GEDE, dan POH : Tempat-tempat ini merupakan sekumpulan pulau-pulau kecil yang berada di Barat Daya pantai Sekotong. Beberapa pulau bahkan tidak berpenghuni dan seluruhnya adalah pantai pasir putih dilengkapi dengan pohon-pohon kelapa dan pohon bakau. Kedua Gili, yaitu Gili Gede dan Gili Nanggu, memiliki bungalow-bungalow yang dapat ditinggali. Tempat-tempat ini sangat bagus untuk berenang, snorkeling dan bersantai. Anda bisa mengunjungi pulau-pulau ini dengan boat dari Lembar atau dari dekat Mawun ke Gili Nanggu dari Pelangan ke gill Gede. Daerah ini merupakan rute pesisir yang indah dengan beberapa Resort pantai seperti Bola-Bola Paradise, Hotel dan Villa Terapung, serta Sundancer kompleks hotel bintang 5 dan villa-villa juga tengah dikembangkan disini.
LEMBAR : Merupakan pelabuhan utama di NTB diperuntukkan bagi perhubungan Ferry-ferry Lombok dan Padangbai di Bali dan juga kapal-kapal PELNI. Ferry-ferry berlayar setiap jamnya dan perjalanan penyeberangan ini membutuhkan waktu kira-kira 6 jam. Gerung daerah yang berada didekatnya merupakan pusat pembuatan wayang tradisional di Lombok dan juga merupakan ibu kola Kabupaten Lombok Barat.
SEKOTONG : Berlokasi kira-kira 45 Km di arah selatan dari Mataram merupakan daerah dengan pantai pasir putihnya yang asli. Sangat ideal untuk bersantai. Di laut sekelilingnya penuh dengan kehidupan laut yang berwarna-warni. Dengan hanya sedikit menyeberang dari tepi pantainya yang indah kita dapat mengunjungi Gili Nanggu dan Gili Tangkong.
BANYUMULEK : Banyumulek merupakan salah satu pusat pembuatan gerabah di Lombok berlokasi kurang lebih 10 Km ke arah selatan Mataram. Hal ini menjadikan seni Banyumulek dikenal di dunia internasional, pot-pot bunga dengan dekorasi-dekorasi rumit dibuat disini.
BATU LAYAR, MONTONG, MENINTING. SESELA dan GUNUNG SARI : Tempat-tempat ini banyak menyungguhkan kios-kios seni dan tokao-toko kerajinan. Dengan berbagai macam pilihan serta harga yang bagus. Berlokasi disepanjang jalan dari Senggigi ke Mataram.
BATU BOLONG : Batu Bolong ( yang diartikan sebagai batu yang berlubang ) adalah salah satu tempat yang ideal untuk menyaksikan sunset yang megah diatas selat Lombok. Di tempat ini terdapat pura hindu yang dibangun diatas karang hitam dengan konsruksi sedemikian rupa sehingga arahnya tepat menghadap Gunung Agung di Bali yang dapat dilihat dengan mudah diseberang selat Lombok, warna dan musik upacara keagamaan hampir selalu terlihat disini.
SENGGIGI : Berlokasi 10 Km di sebelah Utara Mataram, Senggigi merupakan area Resort tertua dan paling terkenal di Lombok. Tempat sempurna untuk bersantai, Senggigi membanggakan pantai-pantai berpasir putihnya yang aman untuk berenang. Di pusat pantai Senggigi memiliki ombak yang cukup bagus untuk berselancar. Tempat ini juga memiliki terumbu karang yang berwarna-warni yang menyediakan perlindungan bagi biota laut dan dengan bentuk terumbu karangnya yang sangat indah sehingga merupakan tempat yang sangat ideal untuk snorkeling. Senggigi terjangkau untuk semua kalangan, mulai dari restoran esklusif sampai dengan kafe-kafe kecil berjejer di pinggirjalan. Ada banyak Club, Bar dan Cafe yang akan melayani wisatawan yang tinggal disini. Penginapan juga tersedia dengan range dari hotel mewah sampai hotel-hotel kecil dan bungalow-bungalow.
PANTAI KERANDANGAN, MANGSIT, dan MALIMBU : Pantai Kerandangan dan Mangsit berlokasi di sebelah utara tidak jauh dari Senggigi dengan didukung oleh hotel-hotel berkelas, pantai yang bersih sangat memungkinkan tempat ini digunakan untuk berenang, berlayar ataupun untuk bersantai. Lebih ke arah utara di sepanjang panorama jalan adalah pantai Malimbu. Tempat ini juga ideal untuk melakukan kegiatan yang sama.
GUNUNG PENGSONG : Walaupun dinamakan Gunung Pengsong akan tetapi sebenarnya merupakan sebuah bukit yang dari sudut 360' akan menawarkan panorama yang spektakuler. Ditempat ini juga merupakan tempat/habitat Kera. Dengan segala cerita latar belakang sejarah dan keberadaan puranya gunung Pengsong berlokasi 9 Km ke arah Selatan Mataram.
LINGSAR : Lingsar berada di utara Narmada dan memiliki pura Hindu yang dikenal oleh masyarakat luas sebagai pura Hindu yang paling keramat. Pura ini dibangun tahun 1714 yang pada situasi lebih lanjut juga menjadi tempat pemujaan bagi pribumi Yang menganut ajaran Animisme, Waktu Telu. Kedua kepercayaan yang berbeda ini mengkombinasikan ajaran Animismenya. Sekali dalam setahun mereka berkumpul bersama untuk melakukan upacara bersama untuk menyambut datangnya musim penghujan. Upacara "Perang Topat" dimulai dengan terlebih dahulu melakukan pemujaan di masing-masing pura mereka, kemudian mereka berkumpul di luar pura dan satu sama lain mulai saling melempar dengan beras yang telah dimasak dan di bungkus dalam daun kelapa (janur) yang disebut dengan ketupat/topat.
TAMAN NARMADA : Taman yang cantik dan mengagumkan ini berada 10 Km di Timur Cakranegara terbentang dari Timur ke Barat di daerah dataran tinggi Lombok Barat. Bukit kecil dan danau yang ada di taman ini merupakan replika dari dataran dan danau yang ada di gunung Rinjani (gunung tertinggi dan paling keramat di Lombok). Taman ini di buat oleh Raja Anak Agung Gede Karang Asem saat memerintah Mataram. Menyadari bahwa akan semakin sukar untuk melakukan ziarah tiap tahunnya ke gunung Rinjani karena usianya yang semakin tua maka untuk mempersembahkan sesajen ke Segara Anak yang dikeramati dibuatlah replika di tempat yang lebih rendah.
PUSUK : Berlokasi di bukit sebelah timur Malimbu dan merupakan jalan alternatif menuju ke Bangsal. Pusuk memiliki pemandangan alam yang fantastik, terdapat beberapa hotel kecil dan restoran yang bagus yang juga tidak kalah bagusnya dengan pemandangan alam liarnya. Lautan disini merupakan rumah bagi 2 species kera dan sebagian besar dari mereka tidak takut untuk berinteraksi langsung dengan pengunjung. Tempat inijuga ideal untuk trekking di bukit-bukit dan lembah-lembah dengan airnya yang jernih.
SESAOT : Di bagian utara Suranadi, Sesaot merupakan hutan lindung yang menawan dan terdapat area untuk pejalan kaki. Tempat ini juga populer sebagai tempat rapat/pertemuan dan juga tempat bersantai dengan kolam berair jenih dan sejuk. Dari empat ini kita juga dapat mengunjungi desa-desa terdekat dan perkebunan kopi lokalnya.
PANTAI SIRE : Sire adalah sebuah pantai yang memikat dengan lembah yang menawan, air yang jernih dan hamparan pasir putih yang luas. Tidak diragukan lagi memberikan kondisi yang sempurna untuk olah raga air. Lombok Golf Kosaido Country Club Golf Course berlokasi di tempat ini, dengan pemandangan Gunung Rinjani disebelah timurnya dan gili-gili di seberang barat teluknya serta 118-hole unik untuk kelas pertandingan berkelas dunia cukup menantang pegolf semua level. 18-hole Golf Course lainnya juga terdapat di Golong, Suranadi dan juga terdapat di pinggir jalan raya di wilayah Ampenan menuju ke Bandara.
SURANADI : Berlokasi di Timur-laut Narmada, Suranadi memiliki salah satu pura suci bagi umat Hindu di Lombok. Pura tersebut terletak di daerah yang cocok untuk bersantai ditambah dengan sumber mata air dan disekitarnya banyak terdapat pondok-pondok penjual ikan segar. Suranadi sendiri sangat membanggakan areal hutan alamnya yang merupakan habitat bagi Kera dan berbagaijenis Burung.
Lombok Tengah
PANTAI A'AN, SEGER, dan GERUPUK : Pantai-pantai ini berlokasi dekat dengan pantai Kuta. A'an (Tanjung A'an) adalah pantai berpasir putih yang cantik dan sangat ideal untuk aktivitas berjemur. Sementara itu jika menginginkan pemandangan dan tempat berselancar yang indah maka Pantai Seger dengan lokasi yang dikelilingi oleh bukit-bukit memiliki pemandangan yang indah dengan ombak yang cukup menantang untuk berselancar. Pantai Gerupuk sendiri merupakan tempat berenang yang bagus dan dari tempat ini para peselancar dapat menggunakan sampan (perahu tradisional) dalam menjangkau ombak untuk berselancar.
PANTAI KUTA : Terletak di dataran yang bergelombang pantai selatan yang indah dan mengesankan dengan hamparan pasir putihnya yang luas ini adalah tempat yang sempurna untuk menjelajah dan pada saat laut surut, kita akan menjumpai lipatan-lipatan kerang, terumbu karang dan berbagai jenis biota laut lainnya. Akomodasi yang tersedia juga cukup beragam mulai dari home stay, penginapan sampai dengan Novotel yang mewah yang kebanyakan menawarkan view ke arah pantai. Masyarakat Lombok juga menyebut pantai ini sebagai pantai Putri Nyale. Setiap tahunnya dibulan ke-10 dalam penanggalan Sasak (sekitar bulan Februari atau Maret) upacara Bau Nyale diadakan. Masyarakat akan berkumpul bersama di malam hari untuk menangkap cacing laut dengan menggunakan senter sambil menyanyikan pantun (semacam puisi tradisional). Daerah ini juga dikenal dan menjadi tempat tujuan wisata utama, sementara itu sisa pantai selatan yang tidak digunakan untuk selancar, diupayakan untuk terus dikembangkan secara bertahap sehingga tempat-tempat tersebut akan dapat mendatangkan keuntungan yang luar biasa.
PANTAI MAWUN, BELONG BELANAK, SEPI dan BELONGAS : Di daerah Barat Kuta dapat dijumpai pantai Mawun, pantai ini berlokasi diantara 2 bukit yang menawarkan pemandangan yang spektakuler dan keaslian pasir putihnya serta ombak yang bagus untuk berselancar. Begitupun pantai Mawi yang memiliki pemandangan dan ombak yang bagus. Lebih ke barat lagi kita kan mendapati pantai Belong Belanak yang merupakan teluk yang berada di antara dataran perbukitan yang membentang menawarkan pemandangan yang sangat bagus dan sangat memungkinkan untuk lokasi penyelaman, berselancar, berenang dan memancing sedangkan lokasi Pantai Sepi berseberangan dengan Belongas merupakan 2 pantai yang cantik dengan akomodasi yang lengkap dan dive center serta lokasi penyelaman yang berkelas.
PENUJAK : Di sebelah selatan desa Sukarara desa Penujak yang penduduk dengan tingkat usia bekerja memiliki kemampuan dalam mengkreasikan tembikar, membuat berbagai macam bentuk desain yang menarik. Para wanita yang berpengalaman dalam membuat tembikar akan menurunkan kemampuannya ke generasi berikutnya dalam sebuah upacara tradisi secara turun temurun.
BADE dan RAMBITAN : Desa Rambitan dan Sade berjarak 19 Km ke arah selatan Praya. Meskipun kedua desa ini sering melayani kunjungan wisatawan, perkampungan tradisional suku Sasak ini tetap mempertahankan pandangan hidup mereka yang telah menyatu. Di tempat ini kita dapat menjumpai/menemukan bangunan khas "Alang" (lumbung tradisional) dengan desain arsitektur tradisional yang khas dengan bentuk atapnya yang tinggi. Di Rambitan juga terdapat sebuah Masjid kuno.
SUKARARA : Desa tradisional ini berjarak 28 Km di Tenggara Mataram, desa ini memiliki terobosan dalam industri tenun tradisional. Kemampuan menenun ini mereka dapatkan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat di desa ini telah terlatih secara tradisi dalam pembuatan kain tenun yang sangat indah dan teratur. Dengan menggunakan benang dari kapas, sutera, emas dan perak mereka mengkreasikannya sedemikian rupa sehingga menghasilkan tenunan dengan desain khas lombok yang asli dan telah terkenal.
Lombok Timur
BIRAK : Desa tradisional ini berada di Timur-Laut gunung Rinjani dan berdekatan dengan lokasi air terjun Mayung Putik (Kijang Putih).
MASBAGIK TIMUR : Daerah ini dikenal karena disini dahulunya merupakan tempat pembuatan gerabah yang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga, yang lebih lanjut mereka beralih untuk memproduksi jenis-jenis gerabah yang lain seperti barang-barang cinderamata yang tetap dibuat secara tradisional.
EKAS dan KALIANTAN : Letak daerah yang tinggi membuat Ekas memiliki pemandangan yang sangat indah dengan letak yang berseberangan dengan Teluk Ekas yang berada di sudut Tenggara Lombok sehingga menjadikannya pantai berbukit yang luar biasa dan merupakan daerah eko-wisata yang terbaik. Lanjut kesebelah selatannya di pantai Ekas Paninsular Kaliantan memiliki pantai pasir putih dan ombak untuk berselancar yang bagus. Di tempat ini juga diselenggarakan acara Bau Nyale yang waktunya sama dengan di Pantai Kuta.
GILI LAWANG, SULAT, PETAGAN dan KALIANTAN : Pulau-pulau kecil ini berada di Timur-Laut Lombok. Pulau-pulau ini tidak berpenghuni kecuali oleh kawanan Kera dan burung-burung aneka rupa. Dengan pantai pasir putih dan ikan yang cantik dan dengan keberadaan hutan Manggrove (bakau) menambah ke elokan pulau ini. Dengan adanya kelompok terumbu karang yang luas telah memelihara dan memberikan perlindungan daerah lokal dan desa-desa penduduk dari abrasi air laut.
JERUK MANIS dan OTAK KOKO GADING : Di sebelah timur dari arah Mataram di dekat daerah Tete Batu, terdapat air terjun Jeruk Manis, terletak berdampingan dengan hutan alam. Penduduk lokal menamakan air terjun ini dengan nama Aik Temer dikarenakan kepercayaan mereka bahwa airnya dapat menyembuhkan kebotakan dan tidak jauh dari lokasi tersebut terdapat pula air terjun Otak Koko Gading yang juga dipercaya warga mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.
MAKAM SELAPARANG : Makam keramat Raja Selaparang ini berlokasi di desa Peresak Pringgasela.
LABUHAN LOMBOK (KAYANGAN) : Pelabuhan ini menghubungkan pulau Lombok dan Poto Tano di Sumbawa dan juga melayani rute kapal yang langsung dari Lombok ke Taliwang, Maluk (pantai-pantai untuk berselancar lainnya), Bima, Komodo dan wilayah timur Indonesia. Tempat menginap sementara juga tersedia disini.
LABUHAN PANDAN : Travel Boat dari Labuhan Pandan ini khusus menuju daerah pulau-pulau di gili Sulat, Petagan dan Lampu. Di sini juga menyediakan transportasi untuk mengunjungi daerah-daerah menarik di Sambelia.
LENEK : Terkenal dengan tarian tradisional Sasaknya. Lenek juga merupakan tempat hidup/habitat dari spesies Kera berbulu perak. Di desa ini pengunjung dapat juga membeli barang kerajinan penduduk yang cukup berkelas.
LEMOR : Adalah wilayah pinggir hutan belantara yang memiliki kolam renang yang airnya bersumber dari mata air, suhunya sangat dingin dan memiliki panorama yang indah.
LOYOK dan KOTARAJA : Loyok, Kotaraja dan daerah sekitarnya terkenal dengan kerajinan anyaman bambunya dengan begitu banyak desain-desain lokal yang merupakan kreasi dan bakat pengrajinnya yang bekerja dengan ulet dan sangat teliti sehingga menghasilkan karya yang begitu indah.
PRINGGASELA : Desa ini berada di timur Lombok, terkenal oleh kain tenun tradisionalnya 'Tenon Gedongan" yang masih di buat dengan alas tenun tradisional yang di ikat di belakang penenun. Kain tenun ini sangat terkenal karena penampilan yang alami dan sangat diminati di luar negeri.
TETE BATU : Berlokasi ke arah utara mengikuti jalan dari Loyok. Desa ini masih berlokasi dalam areal lembah dari gunung Rinjani, memiliki pemandangan yang sangat menawan. Berenang di sungai-sungainya yang berkelok-kelok akan menjadi kenangan yang tak terlupakan terlepas dari suhu airnya yang sangat dingin. Melakukan trekking ke kaki gunung Rinjani dan melihat hamparan tanaman padi atau tembakau juga akan menjadi kegiatan yang menyenangkan.
SAPIT : Berada di dataran tinggi dibagian selatan dengan Pusuk (sebelah Timur Rinjani). Desa kecil pengunungan ini kita akan merasakan ketenangan yang menentramkan jiwa. Dapat di jangkau dari Sembalun atau yang lainnya melewati Aikmel atau Pringgabaya. Beberapa Cottages telah tersedia dengan pemandangan cantiknya yang langsung memperlihatkan hamparan persawahan sampai pinggiran pantai dan pulau Sumbawa.
SEMBALUN : Sembalun terbagi menjadi 2 desa yaitu Desa Sembalun Lawang dan Desa Sembalun Bumbung dengan jarak pemisah masing-masing desa sejauh 2 Km. keduanya masih tergolong desa tradisional. Di Sembalun Lawang, desa Beleq (desa Besar) kita dapat melihat rumah-rumah tradisional yang masih didiami masyarakat lokal, Makam Majapahit atau Gajah Mada dan juga tari tradisional Tandang Mendez. Produk kain tenunnya banyak dicari dan cukup terkenal. Daerah ini terlihat seperti bekas danau yang mengering di antara gunung Rinjani (gunung yang tingginya ± 3726 M di atas permukaan laut) akan tetapi masyarakatnya telah mengubahnya menjadi daerah pertanian (dengan ketinggian ± 1200 m di atas permukaan laut) sebagai tambahan dari hasil pertanian sayuran lokal terdapat proyek pembangunan Green House yang menghasilkan strawberry dan sayur-sayuran. Daerah ini merupakan rute yang langsung menuju puncak gunung Rinjani atau untuk melihat danau Segara Anak. Pusat informasi jalur pendakian tersedia disini (yang salah satunya berada di Senaru) untuk selanjutnya bisa melakukan perjalanan turun dari Sembalun dapat melalui daerah pantai melalui Sapit yang menakjubkan dan akan memberikan pemandangan pantai yang indah.
Lombok Utara
BANGSAL : Bangsal adalah dermaga umum yang menghubungkan pulau Lombok dengan Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan dan merupakan tempat snorkeling dan menyelam yang berada di Barat-Laut Pesisir Lombok.
GILI AIR, MENO, dan TRAWANGAN : Gili-gili ini merupakan wilaya-wilayah pulau yang berdekatan satu sama lainnya. Berjarak kurang lebih 20 km kearah Utara Senggigi. Dengan beberapa pulau memiliki pantai-antai yang menawan dan para penyelam harus berterimakasih untuk terumbu karang yang luas yang mengelilingi pulau dan didaerah ini merupakan rumah bagi koral biru. Koral ini hanya tumbuh di 2 tempat didunia yaitu laut Karibia dan disini didalam laut, tepatnya di timur Gili Meno. Dengan perahu tradisional yang diberangkatkan dari Bangsal atau ferry khusus dari Senggigi kita dapat sampai di pulau-pulau ini (± 15-30 menit dari bangsal / 1 jam dari Senggigi) Gili Trawangan adalah tempat yang paling mewah dan memiliki akomodasi yang relatif murah serta memiliki banyak pilihan aktivitas bagi anak-anak muda, dibandingkan Gili Air dengan tingkat harga akomodasi yang lebih tinggi. Gili Meno memilki taman burung merupakan daerah yang paling akhir dikembangkan dan masih belum teratur akan tetapi merupakan tempat yang paling tepat untuk bersantai.
BAYAN : Merupakan tempat lahirnya kepercayaan Watu Telu, Bayan yang daerahnya masih tensolir cenderung tenang dari keramaian pulau ini. Berada dekat dengan Senaru salah satu tempat pemberangkatan untuk pendakian ke Gunung Rinjani.
SENARU : Pemberangkatan pendakian kegunung Rinjani bisa dimulai di bagian Utara Senaru dengan 2 atau 3 hari pendakian ke arah barat dengan seclikit turunan untuk menuju kesebuah danau yang mengagumkan sebelum melanjutkan kembali pendakian sampai ke puncak. (alternatif lain untuk rute lain Yang langsung menuju ke puncak bisa dari Sembalun) pusat informasi pedakian berlokasi disini dimana kita juga bisa menyewa porter dan perlengkapan yang selalu tersedia.
GUNUNG RINJANI : Berdiri dengan megah dengan ketinggian ± 3726 m gunung ini merupakan puncak tertinggi ke-2 di Indonesia. Untuk masyarakat Lombok khususnya suku Sasak dan Bali menganggap gunung ini merupakan tempat mistik yang puncaknya di diami oleh roh-roh keramat. Untuk mendakinya walaupun masih tergolong aktif merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Para pendaki lebih banyak memilih memulai pendakian di Senaru dan turun di Sembalun atau putar balik yangjuga merupakan rute turun dengan panorama yang indah permai sampai akhir perjalanan.
DANAU SEGARA ANAK : Sebuah danau besar Segara Anak, berlokasi diketinggian ± 2000 m dari alas permukaan laut di dalam gunung Rinjani banyak dikunjungi oleh peziarah/pendaki yang membuat jalur pendakian dengan menyusuri lembah disamping danau untuk memberikan sesajen pada dewa didasar danau. Didalam danau yang mempesona ini terlihat sebuah gunung volcano aktif baru Gunung Barujari didekatnya terdapat sumber air panas yang percaya mampu mengobati penyakit.
TIU PUPUS : Berlokasi di Barat-Laut Lombok, air terjun Tiu Pupus dan Tiu Teja dapat dikunjungi dengan sekali perjalanan ke Timur. Keduanya menawarkan panorama alami yang indah dan air yang sejuk untuk berenang.
SINDANG GILA dan AIR TERJUN TIU KELEP : Air terjun Sindang Gila telah terkenal sejak kita mengunjungi Senaru dan berada di bagian utara dari lokasi pemberangkatan trekking ke gunung Rinjani. Jalan-jalan kecil untuk turun ke air terjun Sindang Gila menawarkan pemandangan alam yang sangat mempesona. Tidak jauh dari sana terdapat juga air terjun Tiu Kelep yang memberikan penawaran yang sama dengan air terjun Sindang Gila, dengan airnya yang sejuk menyegarkan untuk berenang. Pemandu lokal selalu tersedia disini untuk memandu kita ke tempat ini. Penginapan dan restoran berlokasi di dekat areal masuknya.
Sumbawa
DAM (WADUK) BATU BULAN : DAM Batu Bulan adalah Waduk yang diperuntukkan untuk proyek pengairan, dengan total kapasitas 54 juta m3. waduk ini berlokasi di Kabupaten Sumbawa dan mensuplai air untuk mengairi 5576 Ha lahan. Proyek ini lebih lanjut memberikan kontribusi berupa income bagi para petani dan pengembangan komoditas-komoditas lokalnya. DAM ini berkembang menjadi tempat rekreasi lokal yang cukup populer yang kemudian pengembangannya dipusatkan pada kegiatan pariwisata termasuk didalamnya berlayar,memancing pembangunan restoran dan pengadaan kegiatan-kegiatan budaya.
BATU TERENG : Gua Liang Petang berlokasi di desa Batu Tereng yang berjarak 29 Km di selatan Sumbawa Besar. Dengan daya tarik stalagmit dan stalaktit yang merupakan fenomena alam yang sangat mempesona. Beberapa diantaranya pun tampak seperti ombak. Dan di gua yang lain (masih berada di daerah ini) merupakan rumah bagi ratusan kelelawar bush. Di Ai-Renung terdapat peti Mati yang terbuat dari batu. Nisan batu ini telah di buat kurang lebih 2000 tahun lalu.
PULAU BUNGIN : Pulau yang berlokasi dekat Alas tepatnya di sebelah barat-laut, Sumbawa, merupakan pulau dengan populasi terpadat di dunia. Pulau yang terbuat dari koral-koral dan pasir ini hampir tidak memilki tanah kosong. Pulau ini di diami oleh orang-orang Bajo dan daerah ini menjadi semakin besar seiring dengan pertambahan populasi penduduknya.
PULAU MOYO : Pulau Moyo memiliki cadangan fauna yang cukup besar, dimana di tempat ini kita dapat melakukan pengamatan untuk hewan liar, diataranya babi hutan, kijang dan berbagai jenis burung yang menawan. Pulau ini juga di kelilingi oleh perairan yang sangat jernih dengan ekosistim terumbu karang yang spektakuler sehingga pulau ini merupakan salah satu tempat terbaik untuk snorkeling dan menyelam.Untuk tempat menginap di sini telah tersedia sebuah Resort (Amanwana Resort) lengkap dengan tenda-tenda mewah. Perjalanan ke Moyo ditempuh dengan menggunakan Boat dari teluk Kencana.atau dari air Bari di sebelah utara Sumbawa Besar.
PLAMPANG dan EMPANG : Di bagian timur Kabupaten Sumbawa merupakan lahan pertanian yang menarik dengan perbukitan dan sistem pengairan yang baik, pantai-pantai dengan ombak-ombak yang cocok untuk berselancar di daerah selatannya. SEMONGKAT : Berlokasi di Batu Tereng di bagian selatan Sumbawa Besar, daerah rekreasi ini merupakan daerah yang sangat cocok untuk menghindari panas, berada di lembah dari perbukitan dengan udara yang sejuk dengan panorama daerah yang menawan.
ISTANA KESULTANAN (DALAM LOKA) : Berlokasi di Sumbawa Besar, istana kesultanan ini menyimpan beberapa catatan dan silsilah kuno dari struktur kesultanan Sumbawa. Bangunan yang megah dengan desain tradisional dan memilki 99 tiang/pilar kayu yang bertujuan untuk mengingatkan kita pada Asmaul-Husna yaitu 99 nama yang di miliki Allah.
UTAN-BATU GONG : Jauh sebelum Agama Hindu menyebar di Bali, Sumbawa merupakan salah satu kerajaan Hindu. Batu Gong berlokasi di desa Batu Orong Bawa dekat Utan yang menyimpan bukti-bukti pengaruh budaya Hindu.
Sumbawa Barat
LEBO (DANAU) TALIWANG : Berjarak 3 KM dari Taliwang dan berada di barat Sumbawa Lebo (danau) Taliwang adalah danau yang memiliki luas sekitar 856 Ha. Danau ini dipenuhi oleh teratai dan memiliki jenis ikan yang khusus. Danau ini banyak dikunjungi sebagai tempat memancing dengan memakai sampan atau untuk tempat rekreasi.
MALUK dan SEKONGKANG : Daerah ini mengalami perkembangan pembangunan yang luar biasa sejak tahun 1995 dengan konstruksi dan dukungan PT. Newmont Nusa Tenggara perusahaan pertambangan Tembaga/Emas yang berjarak kurang lebih 30 km dari Maluk. Kota Taliwang, Jereweh dan khususnya Maluk telah mendapatkan keuntungan langsung maupun tidak langsung berupa perumahan dan fasilitas-fasilitas bisnis dan pemasukan pendapatan lainnya. Antara lain telah ada ATM-ATM, Bank, Toko, Fasilitas Kesehatan, dll. Dimana tingkatannya telah melebihi tempat-tempat lainnya di Sumbawa. Akomodasi yang disediakan untuk wisatawan adalah hotel-hotel bagus di Maluk dan Sekongkang, yang lengkap dengan restoran dan fasilitas hiburannya. Lebih lanjut terdapat Bandar kecil di Sekongkang dekat dengan Tropical Spa & Resort di pantai Pesin. Penerbangan dengan pesawat amphibi yang terbang setiap hari dari Denpasar atau Mataram ke Benete yang memberikan akses langsung ke tempat ini.
PANTAI POTO BATU : Berlokasi di daerah bagian jereweh, Pantai Poto Batu adalah tempat yang bagus untuk berenang, berlayar atau hanya untuk bersantai sambil melihat pemandangan sekitarnya.
TALIWANG dan JEREWEH : Taliwang adalah Ibukota Kabupaten. Kota ini tengah banyak melakukan pengembangan dan pembangunan yang juga sejalan dengan pembangunan dari PT. Newmont Nusa Tenggara pertambangan Tembaga/Emas yang berada di Maluk. Wilayah ini signifikan untuk areal pertanian dengan tempat dengan cultural dan arkeologi yang menarik dan daerah pantai yang permai sepanjang rute perjalanan ke Jereweh. Di dekat daerah ini terhampar pantai pasir putih dengan akomodasi yang bagus sampai pantai barat. Di sebelah barat Desa Goa, pantai ke-3 yang paling terkenal di Dunia Internasional berada disini, Sea Reef berlokasi di Pantai jelenga dan memiliki penginapan-penginapan kecil dan beberapa lengkap dengan restorannya.
Bima
BIMA dan ISTANA BIMA : Bima-Raba adalah lbu kota Kabupaten yang selalu menjadi tempat persinggahan dan menghubungkan daerah timur,tengah dan barat dari Indonesia. Dengan mengunjungi Istana Kesultanan terlebih dahulu kita akan ditunjukkan barang-barang bersejarah yang menarik, seperti mahkota kesultanan dan beberapa keris yang bersarung emas dengan tangkai yang terbuat dari gading.
DESA RABA-DOMPU : Merupakan tempat produksi kain Mbojo yang terkenal, masyarakatnya masih menenun kain-kain indah itu dengan menggunakan cara tradisional dan menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dan desain yang halus.
DESA DONGGO : Donggo, dengan jarak 40 Km adalah desa tertua di Bima, penduduk desa ini memiliki pakaian dan tradisi yang berbeda dari desa-desa lainnya. Mereka memelihara tradisi etnik uniknya dengan selalu memakai pakaian hitam, masih mempertahankan tingkatan hierarkinya dan membangun rumah tradisional mereka sendiri. Penduduk desa Donggo bermata pencaharian sebagai petani dan mengolah lahan berair mereka yang berada di lembah-lembah bukit. Mereka juga memproduksi kain tenun yang tahap-tahap pembuatan dimulai dari menentukan pola sampai pencelupan kain menggunakan bahan dan alat yang masih tradisional. Kerajinan lain yang di hasilkan daerah ini adalah tulisan kuno Sanskrit yang di masukkan ke dalam tabung batu.
MADA PANGGA : Dengan hutan tropisnya, Mada Pangga adalah tempat yang memiliki kecantikan alam yang indah dengan banyak pohon jati yang tumbuh subur dengan juga ditinggali oleh binatang liar dan burung warna-warni.
GUNUNG SANGEANG : Gunung berapi yang selalu mengeluarkan asap yang menjulang setinggi 2000 M di tengah laut dan berada di sebelah timur-laut lepas pantai. Di lembah dan daerah sekitar Sangeang popular dengan pemandangan yang mengajarkan tentang lingkungan alam kita. Sebuah tempatyang di kelilingi air laut yang biru jernih, gunung ini dapat di kunjungi dengan mudah dengan menggunakan boat atau perahu dari Bima.
SAPE: Sape berada di timur laut, merupakan rute utama wisata bagi wisatawan yang ingin mengunjungi pulau Komodo, hewan reptil terbesar yang terkenal dengan sebutan "Naga". Sape berjarak 4 Km dari pelabuhan (Labuan Sape) kebudayaan di daerah paling timur ini berbeda dari yang lainnya. Pantai kearah utara dari Lamere sampai Matambolo bagus untuk berenang, berjemur dan menikmati sunrise (terbitnya matahari).
DAERAH WAWO-MARIA : Berlokasi di rute wisata yang menghubungkan Bima dan Pulau Komodo, daerah Wawo-Maria memproduksi kain dengan kualitas tinggi dan desain/motif yang halus. Maria sendiri terkenal karena lumbung tradisionalnya (Lengge) yang di buat berkumpul di sebuah bukit di luar desa. Dekat dengan Wawo, terdapat tempat rekreasi yang di buat oleh kolonial Belanda di namakan Ai-Wobo, yang juga memiliki sebuah pesanggrahan (pesanggrahan Wawo), kolam renang yang airnya dari sumber mata air dan juga menyediakan penginapan wisatawan.
Dompu
DAERAH PANTAI NEIHU : Merupakan pantai di pinggir jalan yang menuju ke arah ibukota kabupaten Dompu dan jika di lihat dari alas bukit maka akan menawarkan pemandanagn alam yang fantastis.
DORO BATU : Hanya berjarak 1 Km dari Dompu, Doro Batu merupakan daerah yang memendam barang-barang arkeologi. Daerah ini dulunya pernah menjadi tempat berdirinya sebuah kerajaan besar, disini kita akan menemukan sisa-sisa keruntuhan dari istana Dompu yang telah tertutup oleh abu vulkanik dari letusan gunung Tambora di tahun 1815.
HU'U dan PANTAI LAKEY : Beberapa ombak yang terbaik dapat di temukan di pantai selatan ini, ombak untuk berselancar tersebut berbentuk memanjang mengikuti garis karang. Titik peselancaran yang terkenal antara lain Tanjung Lakey, Periscope, Cobblestones, dll. Dan di tempat-tempat lain kita akan menemukan koral-koral yang melimpah. Tempat ini merupakan tempat yang berkelas di antara tempat-tempat menarik lainnya di daerah ini. di tambah dengan adanya beberapa gua dan sumber air panas. Dengan penginapan yang memuaskan dengan hotel-hotel kecil dengan kulitas bagus dan Guest House yang sangat menyenangkan di sepanjang pantai.
LEPADI : Berjarak 5 Km ke arah selatan Dompu, Lepadi terkenal sebagai tempat pacuan kuda tradisional terbaik yang di adakan setiap tahun. Pacuan kuda ini memiliki ciri khas yaitu joki cilik, joki-joki ini adalah anak-anak yang berusia tidak lebih dari 8 tahun. Pacuan kuda serupa juga selalu diadakan dalam berbagai waktu dalam setahun di tempat yang berbeda di daerah Sumbawa.
GUNUNG TAMBORA : Dengan 3 hari pendakian di mulai dari desa kecil (desa Pancasila) dekat Calabai akan membawa anda melewati hutan hujan tropic kesebuah penciptaan yang begitu besar dan mengagumkan. Tambora Utara dengan hutan belantaranya (80.000 Ha) dan Tambora Selatan dengan padang berburunya (30.000 Ha) adalah 2 tempat yang berada di barat-laut dari Bima, Kehidupan liar seperti kijang dan babi liar akan dapat kita jumpai di tempat ini.
RANGGO : Desa Ranggo berada dijalan yang kita lewati ke pantai Lakey ini terkenal dengan tenun tradisionalnya beberapa bahkan di buat dari sutra. Rumah-rumah yang di cat indah juga menambah semarak pinggiran desa itu.
SATONDA : Pulau kecil ini terdiri dari timbulan gunung merapi (300 m) dan memiliki keistimewaan geolical yang unik dengan danau garamnya. Kerusakan hutan di pulau yang di sebabkan oleh letusan gunung Tambora pada tahun 1815 memberikan kesempatan yang langka untuk memeriksa kembali pelajaran tentang kolonisasi hutan. Hutan di pulau ini juga merupakan rumah bagi berbagai species burung dan ikan endemik, penyu laut juga rajin berkunjung ke pulau ini.
Sumber :
http://www.visitlomboksumbawa.net/index.php/tourism-object?showall=1
Sumber Gambar:
http://indonesia-fascination.com/wp-content/uploads/2009/04/senggigi_beach_in_the_morning.jpg
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_rinjani.htm
Profil Provinsi Nusa Tenggara Barat
Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena terletak pada lintas perhubungan Banda Aceh-Kupang yang secara ekonomis cukup menguntungkan.Selat Lombok di sebelah barat dan Selat Makasar di sebelah utara merupakan jalur perhubungan laut strategis yang semakin ramai dari arah Timur Tengah untuk lalu lintas bahan bakar minyak dan dari Australia berupa mineral logam ke Asia Pasifik. Merupakan lintas perdagangan ke Kawasan Timur Indonesia (Surabaya Makasar). terletak pada daerah lintas wisata dunia yang terkenal Bali-Komodo-Tanah Toraja.Secara administratif, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terbagi menjadi 7 kabupaten dan 2 kota dengan Mataram sebagai ibukota provinsi.
Komoditi peternakan komersial lainnya yang dikembangkan adalah kambing, kuda, ayam potong, itik, ayam buras, domba, babi dan produk olahan asal ternak. Sapi yang dikembangkan adalah jenis Sapi Bali. Jenis ini adalah salah satu komoditi unggulan yang memilki pasar domestik yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Papua serta pasar ekspor yaitu: Hongkong, Singapura, Malaysia, Timor Leste dan negara-negara ASEAN lainnya. Kerbau di NTB memiliki keunggulan dan daya saing pasar yang hampir sama dengan ternak sapi. Jenis Kerbau yang dikembangkan adalah jenis Kerbau Lumpur, karena mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup bagus terhadap lingkungan (iklim, pakan dan pengangkutan).
Lombok Tengah merupakan salah satu daerah tujuan wisata di propinsi NTB. Terletak di lokasi yang mudah terjangkau, hanya 30 km dari bandara Selaparang Mataram.Deretan pantai-pantainya yang berpasir putih sangat eksotis dan menghadap langsung ke samudra Hindia. Jumlah wisatawan yang berkunjung, baik wisatawan manca negara maupun domestik terus meningkat. Beberapa lokasi untuk bercselancar masih terlalu perawan untuk dilewatkan oleh para peselancar mania, selain privasi yang maksimal di sepinya pantai selatan. keseharian yang masih menjaga tradisi leluhur di dusun Sade dan Tansang-Angsang, dua desa cagar budaya menggambarkan bagaiman etnik Sasak menjalani kehidupan pada masa-masa awal peradabannya. Tenun tradisional di Sukarare, kerajinan gerabah di Penujak, barang-barang antik terbuat dari Ketak dan rotan di desa Beleka, semuanya sangat mendukung perkembangan pariwisata di daerah ini. Dan tentu saja upacara-upacara tradisional yang unik dan tidak sedikit yang masih menebarkan daya magis masih dipraktikan oleh etnik pewaris pulau Lombok ini.
Sebagai tujuan investasi, provinsi ini juga memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang diantaranya Bandara Selaparang di Mataram, Bandara Salahuddin di Bima, Bandara Brangbiji di Sumbawa Besar dan Bandara Lunyuk di Sumbawa serta memiliki Pelabuhan Tanjung, Pelabuhan Bima, Pelabuhan Sape, Pelabuhan Calabai, Pelabuhan Lembar, Pelabuhan Labuhan Haji, Pelabuhan Tanjung Luar dan Pelabuhan Lombok serta didukung sarana listrik dan telekomunikasi.
Sumber :
http://regionalinvestment.com/newsipid/id/displayprofil.php?ia=52
Sumber Gambar:
http://www.bpmntb.com/promote/data/2009/12/peta-atlas-NTB-edit-1024-768.jpg
http://asita-ntb.com/baru/wp-content/uploads/2009/07/PETA_NTB.jpg
Tiga Gili "Desa Dunia" di Tengah Laut Lombok
Inilah "desa dunia" pasca-Bali. Ini memang julukan bagi obyek wisata tiga gili atau pulau kecil yang berada di Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Sebutan itu dapat dibuktikan melalui keberadaan sejumlah hotel berbintang yang umumnya milik investor asing yang bekerja sama dengan warga setempat sebagai pemilik lahan. Pesisir tiga gili, Trawangan, Meno, dan Air, juga didominasi turis muda usia dari mancanegara, yang berwisata di pulau kecil yang masih bersih dari polusi dan terpisah dari Pulau Lombok itu.
Suasana ”desa dunia” sangat kental di Trawangan. Hal ini terindikasi dari bahasa yang digunakan wisatawan, seperti bahasa Jerman, Perancis, Spanyol, dan Jepang; malah ada sekelompok kecil wisatawan yang berkomunikasi dengan bahasa Lebanon. Meski demikian, pelancong yang berbahasa Inggris lebih dominan.
Tidak seramai Kuta, Bali, memang, tetapi Ali dan Kahlil, keduanya wisatawan warga Swedia keturunan Lebanon, mengaku terhibur dengan suasana Trawangan. ”Di sini suasana tenang, alami, tidak ada polusi, saya suka,” ujar Ali, yang bersama 12 rekannya tinggal selama tiga hari pada pertengahan Januari.
Di Gili Trawangan tidak diizinkan menggunakan kendaraan bermesin. Yang diizinkan hanya cidomo (kendaraan khas), kuda, dan sepeda gayung. Transportasi ini disewakan kepada wisatawan yang ingin jalan-jalan mengitari pulau seluas 338 hektar itu.
Gili Trawangan yang berada di deretan barat menjadi pilihan utama karena memiliki fasilitas lebih lengkap, seperti penginapan, hiburan malam, serta sarana komunikasi dan transportasi yang nyaris sepanjang hari melayani warga lokal ataupun wisatawan dari Pelabuhan Bangsal, Desa Pemenang, ke Gili Trawangan, termasuk ke Gili Air yang berada di deretan paling timur.
Gili Meno
Agak berbeda dengan Gili Meno, yang diapit dua pulau tetangganya, sarana dan prasarana pendukungnya kurang lengkap meski suasana lingkungan sekitar Meno relatif sepi dan tenang, mungkin cocok untuk wisata keluarga.
Dari tiga gili itu, wisatawan dapat menikmati matahari terbit dari balik Gunung Rinjani, lalu matahari terbenam, dan Gunung Agung di Bali, serta berbagai atraksi bahari yang disukai, seperti diving dan snorkling. Ada taman laut Meno Wall, dinding tebing curam di antara Meno dan Trawangan, yang bisa disaksikan pada kedalaman 15 meter.
Gili Meno juga dilengkapi danau ”alam” berair asin, serta area tempat persinggahan burung-burung yang bermigrasi, aneka jenis dan warna ikan hias, seperti tiger fish, blue moon, dan ikan kepe-kepe yang masuk keluar terumbu karang. Para penyelam pun membawa roti yang dimasukkan dalam botol bekas air mineral. Saat di dalam air, roti itu disemprotkan guna menarik perhatian ikan hias itu.
Kecuali ribbon coral dan finger coral, hampir di semua tempat di perairan tiga gili itu terdapat terumbu karang berwarna biru. Terumbu karang biru masuk marga Acropora. Warna biru itu disebabkan warna pigmen Zooxanthela atau alga bersel tunggal berwarna biru dan hidup bersimbiosis dalam jaringan karang. Suasana ini bagaikan karang biru di Laut Karibia.
Mau uji nyali? Cobalah naik boat ke sekitar 100 meter barat-selatan dari Gili Trawangan. Di situ, selain ada ikan hias lion fish dan ikan sotong, juga ada shark point, sarang ikan hiu white tip di kedalaman 25-30 meter. Bagi yang mengikuti kursus selam, lokasi ini wajib dikunjungi.
Jika enggan berbasah-basah, ada glass bottom boat yang lantainya tembus pandang.
Menuju Gili
Banyak jalan menuju gili itu. Jika sekadar tur singkat atau ”cuci mata”, bisa mencarter boat dari obyek wisata Senggigi, Lombok Barat, yang sewanya Rp 350.000-Rp 550.000. Senggigi-Trawangan ditempuh sekitar 60 menit dengan boat.
Menumpang angkutan umum dari Senggigi ke Pelabuhan Bangsal, Desa Pemenang—pintu masuk ke tiga gili itu—adalah alternatif lain. Kondisi jalan di jalur ini beraspal hotmix, dengan medan menanjak dan tikungan menelusuri kawasan pantai serta pada tempat tertentu dari kejauhan tampak gugusan tiga gili itu.
Boleh juga menumpang angkutan umum dari Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat, ke Pelabuhan Bangsal. Dalam perjalanan, para wisatawan singgah sejenak di sekitar kawasan Hutan Pusuk, bermain-main dengan komunitas kera abu-abu kemudian mencicipi air tuak manis yang dijajakan di pinggir jalan.
Sekalian juga menengok proses produksi gula merah yang dilakukan warga di sekitar kawasan hutan itu, dari mengambil air aren di pohonnya sampai mengolahnya menjadi gula jawa.
Keunggulan komparatif tiga gili itu menjadi magnet yang dinikmati wisatawan, kalangan usaha, dan masyarakat. Hanya, mengedepankan hitung-hitungan ekonomi yang diraih lalu mengabaikan aspek lingkungan justru memperburuk persoalan lingkungan yang dalam dua dekade terakhir ini dirasakan masyarakat. Jika lalai menjaga lingkungan yang menjadi daya tarik tiga gili itu, maka niscaya ”desa dunia” ini ditinggal pelancong. (Khaerul Anwar)
Sumber :
http://travel.kompas.com/read/2010/01/23/10050055/Tiga.Gili..quot.Desa.Dunia.quot..di.Tengah.Laut.Lombok
23 Januari 2010
Sebutan itu dapat dibuktikan melalui keberadaan sejumlah hotel berbintang yang umumnya milik investor asing yang bekerja sama dengan warga setempat sebagai pemilik lahan. Pesisir tiga gili, Trawangan, Meno, dan Air, juga didominasi turis muda usia dari mancanegara, yang berwisata di pulau kecil yang masih bersih dari polusi dan terpisah dari Pulau Lombok itu.
Suasana ”desa dunia” sangat kental di Trawangan. Hal ini terindikasi dari bahasa yang digunakan wisatawan, seperti bahasa Jerman, Perancis, Spanyol, dan Jepang; malah ada sekelompok kecil wisatawan yang berkomunikasi dengan bahasa Lebanon. Meski demikian, pelancong yang berbahasa Inggris lebih dominan.
Tidak seramai Kuta, Bali, memang, tetapi Ali dan Kahlil, keduanya wisatawan warga Swedia keturunan Lebanon, mengaku terhibur dengan suasana Trawangan. ”Di sini suasana tenang, alami, tidak ada polusi, saya suka,” ujar Ali, yang bersama 12 rekannya tinggal selama tiga hari pada pertengahan Januari.
Di Gili Trawangan tidak diizinkan menggunakan kendaraan bermesin. Yang diizinkan hanya cidomo (kendaraan khas), kuda, dan sepeda gayung. Transportasi ini disewakan kepada wisatawan yang ingin jalan-jalan mengitari pulau seluas 338 hektar itu.
Gili Trawangan yang berada di deretan barat menjadi pilihan utama karena memiliki fasilitas lebih lengkap, seperti penginapan, hiburan malam, serta sarana komunikasi dan transportasi yang nyaris sepanjang hari melayani warga lokal ataupun wisatawan dari Pelabuhan Bangsal, Desa Pemenang, ke Gili Trawangan, termasuk ke Gili Air yang berada di deretan paling timur.
Gili Meno
Agak berbeda dengan Gili Meno, yang diapit dua pulau tetangganya, sarana dan prasarana pendukungnya kurang lengkap meski suasana lingkungan sekitar Meno relatif sepi dan tenang, mungkin cocok untuk wisata keluarga.
Dari tiga gili itu, wisatawan dapat menikmati matahari terbit dari balik Gunung Rinjani, lalu matahari terbenam, dan Gunung Agung di Bali, serta berbagai atraksi bahari yang disukai, seperti diving dan snorkling. Ada taman laut Meno Wall, dinding tebing curam di antara Meno dan Trawangan, yang bisa disaksikan pada kedalaman 15 meter.
Gili Meno juga dilengkapi danau ”alam” berair asin, serta area tempat persinggahan burung-burung yang bermigrasi, aneka jenis dan warna ikan hias, seperti tiger fish, blue moon, dan ikan kepe-kepe yang masuk keluar terumbu karang. Para penyelam pun membawa roti yang dimasukkan dalam botol bekas air mineral. Saat di dalam air, roti itu disemprotkan guna menarik perhatian ikan hias itu.
Kecuali ribbon coral dan finger coral, hampir di semua tempat di perairan tiga gili itu terdapat terumbu karang berwarna biru. Terumbu karang biru masuk marga Acropora. Warna biru itu disebabkan warna pigmen Zooxanthela atau alga bersel tunggal berwarna biru dan hidup bersimbiosis dalam jaringan karang. Suasana ini bagaikan karang biru di Laut Karibia.
Mau uji nyali? Cobalah naik boat ke sekitar 100 meter barat-selatan dari Gili Trawangan. Di situ, selain ada ikan hias lion fish dan ikan sotong, juga ada shark point, sarang ikan hiu white tip di kedalaman 25-30 meter. Bagi yang mengikuti kursus selam, lokasi ini wajib dikunjungi.
Jika enggan berbasah-basah, ada glass bottom boat yang lantainya tembus pandang.
Menuju Gili
Banyak jalan menuju gili itu. Jika sekadar tur singkat atau ”cuci mata”, bisa mencarter boat dari obyek wisata Senggigi, Lombok Barat, yang sewanya Rp 350.000-Rp 550.000. Senggigi-Trawangan ditempuh sekitar 60 menit dengan boat.
Menumpang angkutan umum dari Senggigi ke Pelabuhan Bangsal, Desa Pemenang—pintu masuk ke tiga gili itu—adalah alternatif lain. Kondisi jalan di jalur ini beraspal hotmix, dengan medan menanjak dan tikungan menelusuri kawasan pantai serta pada tempat tertentu dari kejauhan tampak gugusan tiga gili itu.
Boleh juga menumpang angkutan umum dari Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat, ke Pelabuhan Bangsal. Dalam perjalanan, para wisatawan singgah sejenak di sekitar kawasan Hutan Pusuk, bermain-main dengan komunitas kera abu-abu kemudian mencicipi air tuak manis yang dijajakan di pinggir jalan.
Sekalian juga menengok proses produksi gula merah yang dilakukan warga di sekitar kawasan hutan itu, dari mengambil air aren di pohonnya sampai mengolahnya menjadi gula jawa.
Keunggulan komparatif tiga gili itu menjadi magnet yang dinikmati wisatawan, kalangan usaha, dan masyarakat. Hanya, mengedepankan hitung-hitungan ekonomi yang diraih lalu mengabaikan aspek lingkungan justru memperburuk persoalan lingkungan yang dalam dua dekade terakhir ini dirasakan masyarakat. Jika lalai menjaga lingkungan yang menjadi daya tarik tiga gili itu, maka niscaya ”desa dunia” ini ditinggal pelancong. (Khaerul Anwar)
Sumber :
http://travel.kompas.com/read/2010/01/23/10050055/Tiga.Gili..quot.Desa.Dunia.quot..di.Tengah.Laut.Lombok
23 Januari 2010
Menyusuri Jejak Sejarah Dompu
Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, Kabupaten Dompu, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), mempunyai catatan sejarah tersendiri. Seperti halnya Lombok, Sumbawa, dan Bima, Dompu dahulu kala juga merupakan salah satu daerah bekas kerajaan atau kesultanan. Kerajaan Dompu merupakan salah satu kerajaan yang paling tua khususnya di Indonesia Bagian Timur. Arkeolog dari Pusat Balai Penelitian Arkeologi dan Purbakala, Sukandar dan Kusuma Ayu dari berbagai hasil penelitiannya menyimpulkan Dompu atau (Kerajaan Dompo) adalah kerajaan yang paling tua di wilayah timur Indonesia.
Berdasarkan catatan sejarah di Dompu, sebelum terbentuknya kerajaan di daerah tersebut, telah berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai “Ncuhi” atau raja kecil. Ncuhi terdiri atas empat orang yakni Ncuhi Hu`u yang berkuasa di daerah Hu`u (sekarang Kecamatan Hu`u), Ncuhi Soneo yang berkuasa di daerah Soneo dan sekitarnya (sekarang Kecamatan Woja dan Dompu). Selanjutnya Ncuhi Nowa berkuasa di Nowa dan sekitarnya serta Ncuhi Tonda berkuasa di Tonda (sekarang wilayah Desa Riwo Kecamatan Woja Dompu). Dari keempat Ncuhi tersebut yang paling dikenal adalah Ncuhi Hu`u.
Menurut cerita rakyat setempat, di negeri Woja berkuasa seorang Ncuhi Kula yang mempunyai anak perempuan bernama Komba Rawe. Ncuhi tersebut kemudian dikenal dengan nama Ncuhi Patakula. Cerita rakyat setempat menyebutkan, putra raja Tulang Bawang terdampar di daerah Woja dalam pengembaraannya, tepatnya di wilayah Woja bagian timur. Kemudian putra raja Tulang Bawang tersebut menikah dengan putri Ncuhi Patakula. Selanjutnya para Ncuhi sepakat menobatkan putra raja Tulang Bawang sebagai raja Dompu yang pertama. Sedangkan Raja Dompu ke-2 bernama Dewa Indra Dompu yang lahir dari perkawinan antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu. Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini adalah Dewa Mbora Bisu, yang merupakan Raja Dompu yang ke-3. Raja ke-4 Dompu adalah Dewa Mbora Balada, yang merupakan saudara dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa Indra Dompu. Pada abad XIX di Dompu saat itu memerintah raja-raja yang lemah. Kerajaan dikacaukan oleh berbagai pemberontakan pada tahun 1803 yang memaksa pihak residen campur tangan,Sultan Abdull Azis, putra Sultan Abdullah yang kemudian mengganti Sultan Yakub, ternyata tidak mampu banyak berbuat untuk memajukan kerajaannya.
Seluruh kerajaan antara tahun 1810-1814 diancam perompak-perompak yang menghancurkan desa-desa yang ada di wilayah Dompu saat itu. Pada sekitar tahun 1809 Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan Gubernur Van Kraam untuk memperbaharui perjanjian dengan Dompu. Perjanjian tersebut diadakan di Bima. Pada 5-12 April 1815, ketika Gunung Tambora meletus, akhirnya sepertiga dari penduduk tewas dan sepertiga lainnya berhasil melarikan diri. Sultan Abdull Rasul II memindahkan Istana Bata yang merupakan Situs Doro Bata yang terletak di kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu ke Istana Bata yang baru, karena itu dia disebut dengan gelar Bata Bou. Beliau diganti oleh putranya, Sultan Muhammad Salahuddin.
Salahuddin mengadakan perbaikan dalam sistem dan hukum pemerintahaan. Dia pun menetapkan hukum adat berdasarkan hasil musyawarah dengan para alim ulama, sekaligus menetapkan hukum adat yang dipakai adalah hukum Islam yang berlalu di wilayah kekuasaannya. Dalam menjalankan pemerintahaannya, Sultan dibantu oleh majelis adat serta majelis hukum. Selanjutnya mereka (para pembantu itu) disebut manteri dengan sebutan raja bicara, rato rasanae, rato perenta, dan rato Renda. Mereka tergabung suatu dewan hadat, dan merupakan badan kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan Sultan.
LETUSAN TAMBORA
Gunung Tambora yang meletus pada 10 – 11 April 1815, dalam catatan sejarah Dompu, mengakibatkan tiga kerajaan kecil (Pekat, Tambora, dan Sanggar) yang terletak di sekitar Tambora tersebut musnah. Ketiga wilayah kerajaan kecil itu pun kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Dompu. Pertambahan wilayah Kesultanan Dompu tersebut dinilai merupakan suatu pertanda kelahiran baru bagi Dompu Baru, yakni pergantian antara Dompu Lama ke Dompu Baru. Peristiwa tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas wilayahnya. Ahli sejarah Helyus Syamsuddin mengungkapkan, peristiwa 11 April 1815 tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari kelahiran Dompu, yang kemudian dikuatkan dengan Peraturan Daerah No.18 tanggal 19 Bulan Juni 2004.
LETUSAN TAMBORA, SEBUAH MISTERI LAHIRNYA DOMPU BARU
Seperti di daerah lain Lombok,Sumbawa dan Bima, Dompu dahulu kala juga merupakan salah satu daerah bekas Kerajaan atau Kesultanan. Bahkan konon Kerajaan Dompu merupakan salah satu Kerajaan yang paling tua khususnya di bagian Indonesia Timur. Arkeolog dari Pusat balai penelitian arkeologi dan Purbakala Drs.Sukandar dan Dra. Kusuma ayu pada saat melakukan penelitian di Dompu beberapa waktu lalu pernah menyatakan bahwa dari berbagai hasil penelitiannya di Dompu dapat disimpulkan bahwa Dompu (Kerajaan DOMPO-Red) adalah Kerajaan paling tua diwilayah Timur Indonesia.
Namun sayang, tidak seperti di Lombok,Sumbawa dan Bima dimana untuk mengetahui lebih jauh tentang Kerajaan tempo dulu ketiga daerah tetangga tersebut banyak didukung oleh berbagai bukti otentik yang dapat menggambarkan tentang peristiwa sejarah tempo dulu,sedangkan di Dompu bukti otentik untuk mendukung keberadaan sejarah masa lalu tampaknya masih sangat kurang sekali bahkan bisa dikatakan hampir sudah tidak ada sama sekali. Barangkali inilah merupakan salah satu tugas dan kewajiban khususnya bagi kalangan generasi muda di daerah ini untuk lebih bekerja keras agar berbagai tabir misteri sejarah tempo dulu dapat segera terungkap meskipun hal itu membutuhkan perjuangan dan usaha yang cukup menyita waktu bahkan material sekalipun. Upaya pemkab Dompu dalam rangka untuk mencapai hal tersebut patut kiranya didukung oleh semua pihak,bahkan pemkab Dompu sendiri telah banyak berupaya dan tentunya pekerjaan tersebut akan sukses apabila selalu mendapat dukungan serta do,a restu dari seluruh lapisan masyarakat yang ada dan jangan malah pekerjaan itu dianggap hanya akan membuang energi serta mubazir saja. “Orang bijak mengatakan,terlalu sombong dan munafik apabila kita melupakan sejarah kita sendiri”, semoga hal itu tidak akan pernah terjadi, amin.
Sejarah mencatat,di dompu sebelum terbentuknya kerajaan konon didaerah ini berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai “NCUHI” atau Raja Kecil, para ncuhi tersebut terdiri dari 4 orang yakni Ncuhi Hu,u yang berkuasa diwilayah kekuasaan daerah Hu,u (Sekarang kecamatan Hu,u Dompu – Red), kemudian Ncuhi Saneo yang berkuasa didaerah Saneo dan sekitarnya (sekarang masuk dalam wilayah Kecamatan woja Dompu), selanjutnya Ncuhi Nowa dan berkuasa didaerah Nowa dan sekitarnya serta Ncuhi Tonda berkuasa diwilayah kekuasaannya yakni di sekitar Tonda dan saat ini masuk dalam wilayah Desa Riwo kecamatan woja Dompu.
Diantara keempat Ncuhi tersebut yang paling terkenal konon yakni Ncuhi Hu,u. menurut cerita rakyat yang ada bahwa,konon di negeri Woja berkuasa seorang Ncuhi bernama “Sang Kula” yang akhirnya mempunyai seorang anak perempuan bernama “Komba Rame”. Ncuhi ini kemudian terkenal dengan nama Ncuhi “Patakula”. Pada saat itu konon terdamparlah putra Raja Tulang Bawang didaerah woja yang sengaja mengembara di daerah Woja bagian timur. Singkat cerita akhirnya putra Raja Tulang Bawang ini kawin dengan putrid Ncuhi patakula dan selanjutnya para Ncuhi yang ada akhirnya sepakat untuk menobatkan putra Raja Tulang Bawang tersebut sebagai Raja Dompu yang pertama. Pusat pemerintahannya konon disekitar wilayah desa Tonda atau di desa Riwo masuk dalam wilayah kecamatan woja sekarang.
Sedangkan Raja ke-2 Dompu adalah bernama Dewa Indra Dompu yang lahir dari perkawinana antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu. Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini adalah : Dewa Mbora Bisu,Raja dompu ang ke-3 adalah yaitu yang menggantikan kakaknya Dewa Indra Dompu,cucu dari Indra Kumala. Dewa Mbora Belanda : beliau adalah saudaranya dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa indra Dompu yang menjadi Raja ke-4 didaerah ini. Dewa yang punya Kuda. Pengganti Dewa Mbora Belanda adalah putranya yang bernama Dewa yang punya Kuda dan memerintah sebagai Raja yang ke-5,Dewa yang mati di Bima.
Raja yang dikenal sebagai seorang yang dictator,sehingga diturunkan dari tahta kerajaan oleh rakyat Dompu ialah Dewa yang mati di Bima. Beliau konon menggantikan ayahnya (Dewa yang punya Kuda) sebagai raja yang ke-6 di Dompu akan tetapi karena hal itu akhirnya di bawa ke Bima dan meninggal di sana,dewa yang bergelar “Mawaa La Patu”. Raja inilah sebenarnya yang akan di nobatkan sebagai raja Dompu yang menggantikan dewa yang mati di Bima,namun beliau ke Bima dan selanjutnya memerintah di sana. Pada masa pemerintahan Raja inilah terkenal satu ekspedisi dari Kerajaan di pulau Jawa yakni kerajaan Majapahit yang konon ekspedisi tersebut di pimpin oleh salah seorang Panglima perang bernama Panglima Nala pada tahun 1344,namun ekspedisi tersebut ternyata gagal.
Oleh rakyat dompu raja yang satu ini sangat dikenal sebagai raja yang disiplin dalam menjalankan pemerintahanya,teratur dalam social ekonomi maupun politik sehingga masyarakat saat itu memberi gelar sebagai “Dewa Mawaa Taho”, semula raja ini dikenal dengan nama “Dadela Nata”. Beliau adalah raja yang ke-7 dan merupakan raja Dompu yang terakhir sebelum masuknya ajaran Islam di Kerajaan Dompu,raja tersebut berkedudukan atau bertahta di wilayah Tonda.
Ekspedisi Majapahit yang dipimpin oleh Panglima Nala dan di bawah komanda Sang Maha Patih Gajah Mada mengalami kegagalan pada ekspedisi pertama,selanjutnya menyusul ekspedisi yang ke-2 pada sekitar tahun 1357 yang di Bantu oleh Laskar dari Bali yang dipimpin oleh Panglima Soka. Ekspedisi yang ke-2 inilah Majapahit berhasil menakklukkan Dompu dan akhirnya bernaung di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Melihat fenomena diatas maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Kerajaan Dompu tersebut ternyata sudah ada sebelum Majapahit,hal itu juga dapat dibuktikan dalam isi sumpah Palapanya sang Gajah Mada dimana dalam isinya sumpahnya itu disebutlah nama kerajaan DOMPO (Dompu-Red) sebagai salah satu kerajaan yang akan di taklukkan dalam ekspedisinya tersebut.
Kesultanan Dompu.
Pada abad ke-XIX di Dompu saat itu memerintah raja-raja yang lemah,Kerajaan di kacaukan oleh berbagai pemberontakan pada tahun 1803 yang memaksa memerlukan campur tangan pihak residen. Sejak Sultan Abdull Azis,putra Sultan Abdullah yang mengganti Sultan Yakub tidak banyak berbuat untuk memajukan kerajaannya. Seluruh kerajaan antara tahun 1810-1814 diancam perompak-perompak yang menghancurkan desa-desa yang ada diwilayah dompu saat itu. Pada sekitar tahun 1809 Gubernur Jenderal Daendels menegaskan,Gubernur Van Kraam untuk memperbaharui perjanjian dengan Dompu. Perjanjian tersebut diadakan di Bima,begitu pula penggantinya sultan Muhammad Tajul Arifin I putra Sultan Abdull Wahab,Sultan Muhammad tajul arifin I diganti oleh Sultan Abdull Rasul II,adik beliau. Dari 5-12 April 1815 ketika tambora meletus akhirnya sepertiga dari penduduk tewas dan sepertiga lainya berhasil melarikan diri.
Sultan Abdull Rasul II memindahkan Istana Bata (ASI NTOI) kini merupakan Situs Doro Bata yang terletak di kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu ke Istana Bata yang baru (ASI BOU) Karena itu beliau disebut dengan gelar “Bata Bou”, beliau diganti oleh putranya,Sultan Muhammad Salahuddin. Salahuddin mengadakan perbaikan dalam system dan hokum pemerintahaan,beliau menetapkan hokum adat berdasarkan hasil musyawarah dengan para alim ulama sekaligsu menetapkan hokum adat yang dipakai adalah hokum Islam yang berlalu diwilayah kekauasaanny. Dalam menjalankan pemeerintahaannyaSultan dibantu oleh majelis hadat serta majelis hokum mereka itu dalam tatanan kepangkatan hadat dan hokum,mereka selanjutnya mereka disebut manteri-manteri dengan sebutan “Raja Bicara,rato rasana,e, rato perenta,dan rato Renda” mereka tergabung suatu dewan hadat,merupakan badan kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan sultan.
Hadat juga merupakan kelengkapan pemerintahaan yang berfungsi menjalankan hokum agama yang di kepalai oleh “Kadi” atau sultan menurut keperluannya. Seperti sultan-sultan sebelumnya,salahuddin tetap melakukan hubungan dengan pihak pemerintah kolonial Belanda. Menurut Zolinger,sejak mengadakan perjanjian dengan kompeni pada sekitar tahun 1669. selanjutnya Sultan Muhammad salahuddin diganti leh putranya yakni Sultan Abdullah. Pada masa pemerintahaannya beliau menanda tangani kontrak panjang pada tahun 1886 silam. Beliau Selanjutnya diganti oleh putrannya Sultan Muhammad Siradjuddin yang memperbaharui konrak tersebut pada sekitar tahun 1905. Sejarah juga menyebutkan bahwa Sultan pertama di Dompu setelah adanya likuidasi pergantian pemerintahan dari sistim Kerajaan menjadi Kesultanan yakni Sultan Syamsuddin I. Dan beliaulah merupakan pemimpin atau Raja yang pertamakali memeluk agama Islam begitu sistim pemerintahaannya berubah menjadi Kesultanan. Tahun 1958 Kesultanan dompu yang saat itu dipimpin oleh Sultan dompu terakhir yakni Sultan Muhammad Tajul Arifin (Ruma To,i), sistim pemerintahan di Dompu dirubah menjadi suatu daerah swapraja Dompu dan Kepala daerah Swatantra tingkat II Dompu tahun 1958-1960.
Kerajaan Sanggar.
Sanggar merupakan kerajaan kecil yang terletak disebelah barat laut Dompu disebelah timur kaki gunung tambora. Pada tahun 1805 raja sanggar meninggal dan digantikan oleh saudaranya yakni Ismail ali Lujang. Pada abad ke-XIX,sebelum tambora meletus dengan dahsyatnya, penduduk saat itu berjumlah skitar dua ribu orang pada tahun 1808 dan meningkat menjadi dua ribu dua ratus orang pada tahun 1815.
Ketika Tambora meletus pada bulan april 1815 sebagian besar penduduknya meninggal,dan tinggal dua ratus orang saja dan karena diserang leh perampok pada tahun 1818 mereka melarikan diri ke Banggo di Kerajaan Dompu,dan sebagaian ke Gembe Bima. Dengan bantuan gubernurmen pada tahun 1830 mereka akhirnya kembali ke sanggar. Gubernurmen memberikan bantuan beberapa senapan dan amunisi untuk menjaga diri dari srangan musuh. Pada tahun 1837 penduduk Sanggar masih berjumlah sekitar tiga ratus tiga orang dan pada tahun 1847 meningkat menjadi tiga ratus lima puluh orang atau jiwa. Rumah raja dibuat oleh rakyatnya sendiri dengan bahan dari kayu pilihan secara gotong – royong. Raja dan para pembesar kerajaan saat itu tidak di gaji tetapi tanah-tanah mereka dikerjakan oleh rakyatnya. Pada awal abad ke- XX atau sejak Belanda menguasai pulau sumbawa secara langsung,Kerajaan Sanggar di hapus serta digabungkan dengan kekuasaan Kesultanan Bima hingga sekarang ini.
Kerajaan Tambora.
Kerajaan Tambora yang teretak pada suatu jazirah yang pada ketiga penjuru dibatasi oleh laut. Disebelah timur berbatasan dengan Kerajaan Sanggar dan Kerajaan Dompu dengan luas areal wilayah 459 pal persegi. Seluruh kerajaan berada disekitar kaki gunung Tambora (Gunung Arun). Sebelum Tambora meletus,air sudah sangat kurang dan untuk mendapatkan air minum penduduk saat itu menggali sumur di sekitar pantai. Rakyat tambora hidup dari berladang atau bercocok tanam serta beternak dan meramu.
Ladang-ladang cukup dilembabpi oleh embun dan karena itu mereka bertanam pada sekitar bulan agustus dan panen pada bulan desember. Kekayaan yang utama adalah ternak kuda dan hasil kayu hutan . setengah dari hasil Gubernemen dan setengah dari kuda-kuda tersebut dikirim ke Kerajaan Bima pada tahun 1806 dan tahun 1807 berasal dari Tambora. Menurut Tobias,pada tahun 1808 Kerajaan Tambora berpenduduk sekitar empat ribu iwa dan pada tahun 1815 atau setelah tambora meletus penduduk kerajaan tambora sebagian habis tewas sebanyak tiga puluh ribu jiwa lebih. Dan pada tahun 1816 sisa penduduk yang masih hidup akhirnya meninggal semua karena diterjang banjir bandang dan banjir lahar,selanjutnya bekas Kerajaan tambora yang sudah habis ditelan ganasnya alam tersebut digabungkan dengan wilayah Kesultanan Dompu hingga sekarang ini. Bekas Kerajaan tambora kini masuk dalam wilayah Kecamatan Pekat Dompu.
Kerajaan Papekat (Pekat).
Dimasa pemerintahan kabupaten Dompu,nama Pekat saat ini merupakan nama sebuah desa yang terletak di wilayah kecamatan Pekat – Calabay Dompu (Nama Ibu Kota Kecamatan Pekat) Konon nama Pekat berasal dari kata “Pepekat”.
Kerajaan kecil ini tidak banyak meninggalkan atau menyimpan bukti-bukti untuk mendukung keberadaan kerajaan tersebut tempo dulu bahkan hampir dikatakan tidak ada sama sekali,hanya nama Pekat kini merupakan nama sebuah desa di kawasan lereng gunung Tambora. Catatan sejarah menyebutkan,meskipun suatu kerajaan kecil tetapi Pekat saat itu teraus diijinkan berdiri oleh pemerintah penjanjah VOC terutama untuk membendung pengaruh dari Kerajaan Makassar ang sewaktu-waktu dapat membentuk kekuatan di situ. Maka dengan Pekat pihak VOC mengikat terus persahabatan yang baik sekali, tetapi akibat gunung Tambora meletus,akhirnya penduduk di Kerajaan Pekat musnah seluruhnya kemudian bekas kerajaan Pekat digabung kan dengan wilayah kekuasaan Kerajaan dompu hingga sekarang ini.
Gunung Tambora Meletus pada tanggal 10 – 11 April 1815, dalam catatan sejarah Dompu letusan Tambora yang paling dahsyat yakni letusan pada tanggal 11 April 1815 yang mengakibatkan beberapa Kerajaan kecil yang terletak di sekitar Tambora menjadi sasaran empuk musibah tersebut sehingga 3 Kerajaan kecil tersebut musnah. Pralaya (Malapetaka) tersebut tampaknya di satu sisi berdampak positif bagi berkembangan Kerajaan Dompu, sebab setelah sekian tahun lamanya dalam perkembangan selanjutnya wilayah Kerajaan (Kesultanan) Dompu bertambah luas wilayahnya karena bekas wilayah 3 Kerajaan kecil pernah musnah akibat letusan Tambora tersebut akhirnya masuk kedalam wilayah Kerajaan (Kesultanan) Dompu hingga sekarang ini. Dengan bertambahnya wilayah Kesultanan Dompu tersebut (Pekat,Tambora dan sebagian wilayah Kerajaan Sanggar) maka moment tersebut dinilai merupakan suatu pertanda kelahiran baru bagi DOMPU BOU (Dompu Baru), yakni pergantian antara Dompu Lama dan Dompu Baru. Peristiwa tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas wilayahnya. 11 April 1815 Tambora meletus dengan dahsyatnya, akibat letusan Tambora wilayah Dompu dikemudian hari bertambah luasnya meliputi bekas Kerajaan Pekat, Kerajaan Tambora. DOMPU YANG BARU pun akhirnya lahir. Oleh ahli sejarah Prof.DR.Helyus Syamsuddin.PHd, peristiwa 11 April 1815 tersebut akhirnya dijadikan patokan dan dasar yang kuat sehingga 11 April dijadikan sebagai hari lahir atau hari jadi DOMPU. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah (Perda) No.18 tanggal 19 Bulan Juni 2004 ditetapkan bahwa tanggal 11 April 1815 sebagai hari lahir/hari jadi Dompu. (*).
Sumber :
http://www.dompukab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50:menyusuri-jejak--jejak-sejarah-dompu&catid=27:sejarah&Itemid=27
Berdasarkan catatan sejarah di Dompu, sebelum terbentuknya kerajaan di daerah tersebut, telah berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai “Ncuhi” atau raja kecil. Ncuhi terdiri atas empat orang yakni Ncuhi Hu`u yang berkuasa di daerah Hu`u (sekarang Kecamatan Hu`u), Ncuhi Soneo yang berkuasa di daerah Soneo dan sekitarnya (sekarang Kecamatan Woja dan Dompu). Selanjutnya Ncuhi Nowa berkuasa di Nowa dan sekitarnya serta Ncuhi Tonda berkuasa di Tonda (sekarang wilayah Desa Riwo Kecamatan Woja Dompu). Dari keempat Ncuhi tersebut yang paling dikenal adalah Ncuhi Hu`u.
Menurut cerita rakyat setempat, di negeri Woja berkuasa seorang Ncuhi Kula yang mempunyai anak perempuan bernama Komba Rawe. Ncuhi tersebut kemudian dikenal dengan nama Ncuhi Patakula. Cerita rakyat setempat menyebutkan, putra raja Tulang Bawang terdampar di daerah Woja dalam pengembaraannya, tepatnya di wilayah Woja bagian timur. Kemudian putra raja Tulang Bawang tersebut menikah dengan putri Ncuhi Patakula. Selanjutnya para Ncuhi sepakat menobatkan putra raja Tulang Bawang sebagai raja Dompu yang pertama. Sedangkan Raja Dompu ke-2 bernama Dewa Indra Dompu yang lahir dari perkawinan antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu. Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini adalah Dewa Mbora Bisu, yang merupakan Raja Dompu yang ke-3. Raja ke-4 Dompu adalah Dewa Mbora Balada, yang merupakan saudara dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa Indra Dompu. Pada abad XIX di Dompu saat itu memerintah raja-raja yang lemah. Kerajaan dikacaukan oleh berbagai pemberontakan pada tahun 1803 yang memaksa pihak residen campur tangan,Sultan Abdull Azis, putra Sultan Abdullah yang kemudian mengganti Sultan Yakub, ternyata tidak mampu banyak berbuat untuk memajukan kerajaannya.
Seluruh kerajaan antara tahun 1810-1814 diancam perompak-perompak yang menghancurkan desa-desa yang ada di wilayah Dompu saat itu. Pada sekitar tahun 1809 Gubernur Jenderal Daendels memerintahkan Gubernur Van Kraam untuk memperbaharui perjanjian dengan Dompu. Perjanjian tersebut diadakan di Bima. Pada 5-12 April 1815, ketika Gunung Tambora meletus, akhirnya sepertiga dari penduduk tewas dan sepertiga lainnya berhasil melarikan diri. Sultan Abdull Rasul II memindahkan Istana Bata yang merupakan Situs Doro Bata yang terletak di kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu ke Istana Bata yang baru, karena itu dia disebut dengan gelar Bata Bou. Beliau diganti oleh putranya, Sultan Muhammad Salahuddin.
Salahuddin mengadakan perbaikan dalam sistem dan hukum pemerintahaan. Dia pun menetapkan hukum adat berdasarkan hasil musyawarah dengan para alim ulama, sekaligus menetapkan hukum adat yang dipakai adalah hukum Islam yang berlalu di wilayah kekuasaannya. Dalam menjalankan pemerintahaannya, Sultan dibantu oleh majelis adat serta majelis hukum. Selanjutnya mereka (para pembantu itu) disebut manteri dengan sebutan raja bicara, rato rasanae, rato perenta, dan rato Renda. Mereka tergabung suatu dewan hadat, dan merupakan badan kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan Sultan.
LETUSAN TAMBORA
Gunung Tambora yang meletus pada 10 – 11 April 1815, dalam catatan sejarah Dompu, mengakibatkan tiga kerajaan kecil (Pekat, Tambora, dan Sanggar) yang terletak di sekitar Tambora tersebut musnah. Ketiga wilayah kerajaan kecil itu pun kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Dompu. Pertambahan wilayah Kesultanan Dompu tersebut dinilai merupakan suatu pertanda kelahiran baru bagi Dompu Baru, yakni pergantian antara Dompu Lama ke Dompu Baru. Peristiwa tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas wilayahnya. Ahli sejarah Helyus Syamsuddin mengungkapkan, peristiwa 11 April 1815 tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari kelahiran Dompu, yang kemudian dikuatkan dengan Peraturan Daerah No.18 tanggal 19 Bulan Juni 2004.
LETUSAN TAMBORA, SEBUAH MISTERI LAHIRNYA DOMPU BARU
Seperti di daerah lain Lombok,Sumbawa dan Bima, Dompu dahulu kala juga merupakan salah satu daerah bekas Kerajaan atau Kesultanan. Bahkan konon Kerajaan Dompu merupakan salah satu Kerajaan yang paling tua khususnya di bagian Indonesia Timur. Arkeolog dari Pusat balai penelitian arkeologi dan Purbakala Drs.Sukandar dan Dra. Kusuma ayu pada saat melakukan penelitian di Dompu beberapa waktu lalu pernah menyatakan bahwa dari berbagai hasil penelitiannya di Dompu dapat disimpulkan bahwa Dompu (Kerajaan DOMPO-Red) adalah Kerajaan paling tua diwilayah Timur Indonesia.
Namun sayang, tidak seperti di Lombok,Sumbawa dan Bima dimana untuk mengetahui lebih jauh tentang Kerajaan tempo dulu ketiga daerah tetangga tersebut banyak didukung oleh berbagai bukti otentik yang dapat menggambarkan tentang peristiwa sejarah tempo dulu,sedangkan di Dompu bukti otentik untuk mendukung keberadaan sejarah masa lalu tampaknya masih sangat kurang sekali bahkan bisa dikatakan hampir sudah tidak ada sama sekali. Barangkali inilah merupakan salah satu tugas dan kewajiban khususnya bagi kalangan generasi muda di daerah ini untuk lebih bekerja keras agar berbagai tabir misteri sejarah tempo dulu dapat segera terungkap meskipun hal itu membutuhkan perjuangan dan usaha yang cukup menyita waktu bahkan material sekalipun. Upaya pemkab Dompu dalam rangka untuk mencapai hal tersebut patut kiranya didukung oleh semua pihak,bahkan pemkab Dompu sendiri telah banyak berupaya dan tentunya pekerjaan tersebut akan sukses apabila selalu mendapat dukungan serta do,a restu dari seluruh lapisan masyarakat yang ada dan jangan malah pekerjaan itu dianggap hanya akan membuang energi serta mubazir saja. “Orang bijak mengatakan,terlalu sombong dan munafik apabila kita melupakan sejarah kita sendiri”, semoga hal itu tidak akan pernah terjadi, amin.
Sejarah mencatat,di dompu sebelum terbentuknya kerajaan konon didaerah ini berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai “NCUHI” atau Raja Kecil, para ncuhi tersebut terdiri dari 4 orang yakni Ncuhi Hu,u yang berkuasa diwilayah kekuasaan daerah Hu,u (Sekarang kecamatan Hu,u Dompu – Red), kemudian Ncuhi Saneo yang berkuasa didaerah Saneo dan sekitarnya (sekarang masuk dalam wilayah Kecamatan woja Dompu), selanjutnya Ncuhi Nowa dan berkuasa didaerah Nowa dan sekitarnya serta Ncuhi Tonda berkuasa diwilayah kekuasaannya yakni di sekitar Tonda dan saat ini masuk dalam wilayah Desa Riwo kecamatan woja Dompu.
Diantara keempat Ncuhi tersebut yang paling terkenal konon yakni Ncuhi Hu,u. menurut cerita rakyat yang ada bahwa,konon di negeri Woja berkuasa seorang Ncuhi bernama “Sang Kula” yang akhirnya mempunyai seorang anak perempuan bernama “Komba Rame”. Ncuhi ini kemudian terkenal dengan nama Ncuhi “Patakula”. Pada saat itu konon terdamparlah putra Raja Tulang Bawang didaerah woja yang sengaja mengembara di daerah Woja bagian timur. Singkat cerita akhirnya putra Raja Tulang Bawang ini kawin dengan putrid Ncuhi patakula dan selanjutnya para Ncuhi yang ada akhirnya sepakat untuk menobatkan putra Raja Tulang Bawang tersebut sebagai Raja Dompu yang pertama. Pusat pemerintahannya konon disekitar wilayah desa Tonda atau di desa Riwo masuk dalam wilayah kecamatan woja sekarang.
Sedangkan Raja ke-2 Dompu adalah bernama Dewa Indra Dompu yang lahir dari perkawinana antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu. Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini adalah : Dewa Mbora Bisu,Raja dompu ang ke-3 adalah yaitu yang menggantikan kakaknya Dewa Indra Dompu,cucu dari Indra Kumala. Dewa Mbora Belanda : beliau adalah saudaranya dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa indra Dompu yang menjadi Raja ke-4 didaerah ini. Dewa yang punya Kuda. Pengganti Dewa Mbora Belanda adalah putranya yang bernama Dewa yang punya Kuda dan memerintah sebagai Raja yang ke-5,Dewa yang mati di Bima.
Raja yang dikenal sebagai seorang yang dictator,sehingga diturunkan dari tahta kerajaan oleh rakyat Dompu ialah Dewa yang mati di Bima. Beliau konon menggantikan ayahnya (Dewa yang punya Kuda) sebagai raja yang ke-6 di Dompu akan tetapi karena hal itu akhirnya di bawa ke Bima dan meninggal di sana,dewa yang bergelar “Mawaa La Patu”. Raja inilah sebenarnya yang akan di nobatkan sebagai raja Dompu yang menggantikan dewa yang mati di Bima,namun beliau ke Bima dan selanjutnya memerintah di sana. Pada masa pemerintahan Raja inilah terkenal satu ekspedisi dari Kerajaan di pulau Jawa yakni kerajaan Majapahit yang konon ekspedisi tersebut di pimpin oleh salah seorang Panglima perang bernama Panglima Nala pada tahun 1344,namun ekspedisi tersebut ternyata gagal.
Oleh rakyat dompu raja yang satu ini sangat dikenal sebagai raja yang disiplin dalam menjalankan pemerintahanya,teratur dalam social ekonomi maupun politik sehingga masyarakat saat itu memberi gelar sebagai “Dewa Mawaa Taho”, semula raja ini dikenal dengan nama “Dadela Nata”. Beliau adalah raja yang ke-7 dan merupakan raja Dompu yang terakhir sebelum masuknya ajaran Islam di Kerajaan Dompu,raja tersebut berkedudukan atau bertahta di wilayah Tonda.
Ekspedisi Majapahit yang dipimpin oleh Panglima Nala dan di bawah komanda Sang Maha Patih Gajah Mada mengalami kegagalan pada ekspedisi pertama,selanjutnya menyusul ekspedisi yang ke-2 pada sekitar tahun 1357 yang di Bantu oleh Laskar dari Bali yang dipimpin oleh Panglima Soka. Ekspedisi yang ke-2 inilah Majapahit berhasil menakklukkan Dompu dan akhirnya bernaung di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Melihat fenomena diatas maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Kerajaan Dompu tersebut ternyata sudah ada sebelum Majapahit,hal itu juga dapat dibuktikan dalam isi sumpah Palapanya sang Gajah Mada dimana dalam isinya sumpahnya itu disebutlah nama kerajaan DOMPO (Dompu-Red) sebagai salah satu kerajaan yang akan di taklukkan dalam ekspedisinya tersebut.
Kesultanan Dompu.
Pada abad ke-XIX di Dompu saat itu memerintah raja-raja yang lemah,Kerajaan di kacaukan oleh berbagai pemberontakan pada tahun 1803 yang memaksa memerlukan campur tangan pihak residen. Sejak Sultan Abdull Azis,putra Sultan Abdullah yang mengganti Sultan Yakub tidak banyak berbuat untuk memajukan kerajaannya. Seluruh kerajaan antara tahun 1810-1814 diancam perompak-perompak yang menghancurkan desa-desa yang ada diwilayah dompu saat itu. Pada sekitar tahun 1809 Gubernur Jenderal Daendels menegaskan,Gubernur Van Kraam untuk memperbaharui perjanjian dengan Dompu. Perjanjian tersebut diadakan di Bima,begitu pula penggantinya sultan Muhammad Tajul Arifin I putra Sultan Abdull Wahab,Sultan Muhammad tajul arifin I diganti oleh Sultan Abdull Rasul II,adik beliau. Dari 5-12 April 1815 ketika tambora meletus akhirnya sepertiga dari penduduk tewas dan sepertiga lainya berhasil melarikan diri.
Sultan Abdull Rasul II memindahkan Istana Bata (ASI NTOI) kini merupakan Situs Doro Bata yang terletak di kelurahan Kandai I Kecamatan Dompu ke Istana Bata yang baru (ASI BOU) Karena itu beliau disebut dengan gelar “Bata Bou”, beliau diganti oleh putranya,Sultan Muhammad Salahuddin. Salahuddin mengadakan perbaikan dalam system dan hokum pemerintahaan,beliau menetapkan hokum adat berdasarkan hasil musyawarah dengan para alim ulama sekaligsu menetapkan hokum adat yang dipakai adalah hokum Islam yang berlalu diwilayah kekauasaanny. Dalam menjalankan pemeerintahaannyaSultan dibantu oleh majelis hadat serta majelis hokum mereka itu dalam tatanan kepangkatan hadat dan hokum,mereka selanjutnya mereka disebut manteri-manteri dengan sebutan “Raja Bicara,rato rasana,e, rato perenta,dan rato Renda” mereka tergabung suatu dewan hadat,merupakan badan kekuasaan yang mempunyai wewenang untuk mengangkat dan memberhentikan sultan.
Hadat juga merupakan kelengkapan pemerintahaan yang berfungsi menjalankan hokum agama yang di kepalai oleh “Kadi” atau sultan menurut keperluannya. Seperti sultan-sultan sebelumnya,salahuddin tetap melakukan hubungan dengan pihak pemerintah kolonial Belanda. Menurut Zolinger,sejak mengadakan perjanjian dengan kompeni pada sekitar tahun 1669. selanjutnya Sultan Muhammad salahuddin diganti leh putranya yakni Sultan Abdullah. Pada masa pemerintahaannya beliau menanda tangani kontrak panjang pada tahun 1886 silam. Beliau Selanjutnya diganti oleh putrannya Sultan Muhammad Siradjuddin yang memperbaharui konrak tersebut pada sekitar tahun 1905. Sejarah juga menyebutkan bahwa Sultan pertama di Dompu setelah adanya likuidasi pergantian pemerintahan dari sistim Kerajaan menjadi Kesultanan yakni Sultan Syamsuddin I. Dan beliaulah merupakan pemimpin atau Raja yang pertamakali memeluk agama Islam begitu sistim pemerintahaannya berubah menjadi Kesultanan. Tahun 1958 Kesultanan dompu yang saat itu dipimpin oleh Sultan dompu terakhir yakni Sultan Muhammad Tajul Arifin (Ruma To,i), sistim pemerintahan di Dompu dirubah menjadi suatu daerah swapraja Dompu dan Kepala daerah Swatantra tingkat II Dompu tahun 1958-1960.
Kerajaan Sanggar.
Sanggar merupakan kerajaan kecil yang terletak disebelah barat laut Dompu disebelah timur kaki gunung tambora. Pada tahun 1805 raja sanggar meninggal dan digantikan oleh saudaranya yakni Ismail ali Lujang. Pada abad ke-XIX,sebelum tambora meletus dengan dahsyatnya, penduduk saat itu berjumlah skitar dua ribu orang pada tahun 1808 dan meningkat menjadi dua ribu dua ratus orang pada tahun 1815.
Ketika Tambora meletus pada bulan april 1815 sebagian besar penduduknya meninggal,dan tinggal dua ratus orang saja dan karena diserang leh perampok pada tahun 1818 mereka melarikan diri ke Banggo di Kerajaan Dompu,dan sebagaian ke Gembe Bima. Dengan bantuan gubernurmen pada tahun 1830 mereka akhirnya kembali ke sanggar. Gubernurmen memberikan bantuan beberapa senapan dan amunisi untuk menjaga diri dari srangan musuh. Pada tahun 1837 penduduk Sanggar masih berjumlah sekitar tiga ratus tiga orang dan pada tahun 1847 meningkat menjadi tiga ratus lima puluh orang atau jiwa. Rumah raja dibuat oleh rakyatnya sendiri dengan bahan dari kayu pilihan secara gotong – royong. Raja dan para pembesar kerajaan saat itu tidak di gaji tetapi tanah-tanah mereka dikerjakan oleh rakyatnya. Pada awal abad ke- XX atau sejak Belanda menguasai pulau sumbawa secara langsung,Kerajaan Sanggar di hapus serta digabungkan dengan kekuasaan Kesultanan Bima hingga sekarang ini.
Kerajaan Tambora.
Kerajaan Tambora yang teretak pada suatu jazirah yang pada ketiga penjuru dibatasi oleh laut. Disebelah timur berbatasan dengan Kerajaan Sanggar dan Kerajaan Dompu dengan luas areal wilayah 459 pal persegi. Seluruh kerajaan berada disekitar kaki gunung Tambora (Gunung Arun). Sebelum Tambora meletus,air sudah sangat kurang dan untuk mendapatkan air minum penduduk saat itu menggali sumur di sekitar pantai. Rakyat tambora hidup dari berladang atau bercocok tanam serta beternak dan meramu.
Ladang-ladang cukup dilembabpi oleh embun dan karena itu mereka bertanam pada sekitar bulan agustus dan panen pada bulan desember. Kekayaan yang utama adalah ternak kuda dan hasil kayu hutan . setengah dari hasil Gubernemen dan setengah dari kuda-kuda tersebut dikirim ke Kerajaan Bima pada tahun 1806 dan tahun 1807 berasal dari Tambora. Menurut Tobias,pada tahun 1808 Kerajaan Tambora berpenduduk sekitar empat ribu iwa dan pada tahun 1815 atau setelah tambora meletus penduduk kerajaan tambora sebagian habis tewas sebanyak tiga puluh ribu jiwa lebih. Dan pada tahun 1816 sisa penduduk yang masih hidup akhirnya meninggal semua karena diterjang banjir bandang dan banjir lahar,selanjutnya bekas Kerajaan tambora yang sudah habis ditelan ganasnya alam tersebut digabungkan dengan wilayah Kesultanan Dompu hingga sekarang ini. Bekas Kerajaan tambora kini masuk dalam wilayah Kecamatan Pekat Dompu.
Kerajaan Papekat (Pekat).
Dimasa pemerintahan kabupaten Dompu,nama Pekat saat ini merupakan nama sebuah desa yang terletak di wilayah kecamatan Pekat – Calabay Dompu (Nama Ibu Kota Kecamatan Pekat) Konon nama Pekat berasal dari kata “Pepekat”.
Kerajaan kecil ini tidak banyak meninggalkan atau menyimpan bukti-bukti untuk mendukung keberadaan kerajaan tersebut tempo dulu bahkan hampir dikatakan tidak ada sama sekali,hanya nama Pekat kini merupakan nama sebuah desa di kawasan lereng gunung Tambora. Catatan sejarah menyebutkan,meskipun suatu kerajaan kecil tetapi Pekat saat itu teraus diijinkan berdiri oleh pemerintah penjanjah VOC terutama untuk membendung pengaruh dari Kerajaan Makassar ang sewaktu-waktu dapat membentuk kekuatan di situ. Maka dengan Pekat pihak VOC mengikat terus persahabatan yang baik sekali, tetapi akibat gunung Tambora meletus,akhirnya penduduk di Kerajaan Pekat musnah seluruhnya kemudian bekas kerajaan Pekat digabung kan dengan wilayah kekuasaan Kerajaan dompu hingga sekarang ini.
Gunung Tambora Meletus pada tanggal 10 – 11 April 1815, dalam catatan sejarah Dompu letusan Tambora yang paling dahsyat yakni letusan pada tanggal 11 April 1815 yang mengakibatkan beberapa Kerajaan kecil yang terletak di sekitar Tambora menjadi sasaran empuk musibah tersebut sehingga 3 Kerajaan kecil tersebut musnah. Pralaya (Malapetaka) tersebut tampaknya di satu sisi berdampak positif bagi berkembangan Kerajaan Dompu, sebab setelah sekian tahun lamanya dalam perkembangan selanjutnya wilayah Kerajaan (Kesultanan) Dompu bertambah luas wilayahnya karena bekas wilayah 3 Kerajaan kecil pernah musnah akibat letusan Tambora tersebut akhirnya masuk kedalam wilayah Kerajaan (Kesultanan) Dompu hingga sekarang ini. Dengan bertambahnya wilayah Kesultanan Dompu tersebut (Pekat,Tambora dan sebagian wilayah Kerajaan Sanggar) maka moment tersebut dinilai merupakan suatu pertanda kelahiran baru bagi DOMPU BOU (Dompu Baru), yakni pergantian antara Dompu Lama dan Dompu Baru. Peristiwa tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas wilayahnya. 11 April 1815 Tambora meletus dengan dahsyatnya, akibat letusan Tambora wilayah Dompu dikemudian hari bertambah luasnya meliputi bekas Kerajaan Pekat, Kerajaan Tambora. DOMPU YANG BARU pun akhirnya lahir. Oleh ahli sejarah Prof.DR.Helyus Syamsuddin.PHd, peristiwa 11 April 1815 tersebut akhirnya dijadikan patokan dan dasar yang kuat sehingga 11 April dijadikan sebagai hari lahir atau hari jadi DOMPU. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah (Perda) No.18 tanggal 19 Bulan Juni 2004 ditetapkan bahwa tanggal 11 April 1815 sebagai hari lahir/hari jadi Dompu. (*).
Sumber :
http://www.dompukab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50:menyusuri-jejak--jejak-sejarah-dompu&catid=27:sejarah&Itemid=27
Langganan:
Postingan (Atom)